YpbnII0FN1f46YefAvIEUSgpDWrBERS7WLQQkJGW

H. Kasimun, S.Ag, MM Sampaikan Kultum di SMK Muhammadiyah 2 Metro

H. Kasimun, S.Ag, MM Sampaikan Kultum di SMK Muhammadiyah 2 Metro
SMK Muhammadiyah 2 Metro mengadakan Mid Semester Ganjil yang akan di akhiri pada hari senin esok. Di sela hari pelaksanaan mid semester, Sekolah yang popoler dengan sebutan Kampus Biru mengundang H. Kasimun, S.Ag, MM Selaku Ketua PCM Metro Barat untuk menyampaikan Tausyiah kepada dewan Guru (30/09).

Dalam kesempatan tersebut, H. Kasimun Menyampaikan beberapa hal. “Yang Pertama, saya Mengajak kepada kita semua untuk melaksanakan Puasa Muharram, karena puasa tersebut hanya dilaksanakan 1 tahun sekali dan banyak sekali keutamaannya. Rasulullah bersabda, ”Puasa yang lebih utama setelah puasa Ramadhan adalah Puasa Muharram, dan Sholat yang lebih utama setelah sholat wajib adalah sholat malam”. Semoga hadits ini menginspirasi kita untuk senantiasa meningkatkan mutu ibadah kita.”

Yang kedua kali, saya sampaikan sebuah cerita tentang kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW semoga dengan kisah ini banyak ibrah yang bisa kita ambil.

Setalah menempuh perjalanan dari Makkah, akhirnya Rasulullah saw pun sampai ke gerbang pintu kota Madinah. Sambutan kaum anshar sebagai penduduk Madinah amat sangatlah hangatnya. Sepanjang jalas dihias dengan warna-warni keceriaan. Sudut-sudut kota dibersihkan untuk menyambut kedatangannya. Rumah-rumah di sepanjang jalan telah bersiap menerima tamu agung.

Setiap tuan rumah sibuk menyiapkan hidangan berbagai masakan. Ruang tamu ditata rapi lengkap dengan hidangan dan minuman tak ketinggalan permadani berbulu tebal dialaskan. Mereka semua mengharapkan Rasulullah saw akan sudi singgah dan menjadikan rumah mereka sebagai tempat tinggalnya. Bahkan dalam hati masing-masing pembesar anshar ini terbersit kebanggan diri bahwa “Rasulullah pasti akan senang tinggal di rumahku yang mewah dan nyaman, karena aku telang melengkapi segala macam fasilitasnya”.

Akan tetapi ketika Rasulullah saw memasuki pintu gerbang kota Madinah beliau langsung turun dari ontanya, seperlu menyalami dan membalas sambutan hangat dari masyarakat kota. Mereka saling mendahului menyalami, memeluk dan mengelu-elukan Rasulullah saw. sebagai rembulan di tengah gelap malam.

Sambutan itu terus mengalir hingga mereka saling berebut mempersilahkan Rasulullah saw. singgah dikediamannya. Demikian mereka saling serobot menggelendeng onta Rasulullah menuju rumah mereka, dengan harapan Rasulullah akan mengikutinya. Akan tetapi tidak demikian, karena Rasulullah saw. segera mesergah mereka dan memerintahkan agar ontanya dibiarkan memilih tempat istirahatnya sendiri, dan di sanalah Rasulullah saw akan singgah.

Sementara itu diantara rumah-rumah yang indah dan mewah di sepanjang jalan kota Madinah, terdapat sebuah rumah sederhana yang tidak dapat dikatakan mewah. Perabot sederhana dan permadani agak usang terpasang di ruang tamu. Itulah kediaman Abu Ayyub al-Anshari. Sahabat yang merasa rumahnya bukanlah standard yang pantas untuk disinggahi Utusan Allah Muahmmad saw.

Dalam hati kecilnya merasakan betapa besarnya rasa hormat-ta’dhim kepada Rasulullah saw yang amat sangat, sehingga ia merasa rumahnya terlalu sederhana dijadikan persinggahan manusia termulia di alam raya ini.

Apalagi bila dipikir dirinya bukanlah salah seorang bangsawan terkemuka di Madinah. Dia merasa menjadi manusia hina apalagi jika dibandingkan Rasulullah saw. Begitulah keadaannya sehingga ia tidak berani menawarkan rumahnya untuk tempat persinggahan Rasul yang Mulia.

Namun apa yang terjadi, justru onta itu terus berjalan melewati rumah-rumah mewah, melewati bangunan-bangunan kokoh dan akhirnya malah memasuki pelataran rumah Abu Ayyub al-Anshari. Sehingga tempat itulah yang dipilih Rasulullah saw sebagai tempat singgahnya. Rumah sederhana dengan tuan rumah yang sangat merendahkan diri. Betapa bersukurnya Abu Ayyub al-Anshari atas anugrah yang diberikan oleh Allah kepadanya, sebagai tuan rumah dari Utusan yang Paling Mulia Rasulullah saw.

Demikianlah kisah ini menunjukkan kebenaran sabda Rasulullah saw barang siapa merendahkan diri, merasa dirinya hina dibandingkan manusia lain (tawadhu’) Allah swt akan menjunjung derjatnya. Begitu juga sebaliknya, barang siapa yang sombong, merasa dirinya lebih hebat dari yang lain (kibriya’) pastilah Allah akan menjatuhkannya.

من توضع رفعه الله ومن تكبر وضعه الله
Abu Ayyub al-Anshari adalah orang yang tawadhu’, orang yang merasa dirinya tidaklah semulia para bangsawan Madinah. Orang yang merasa kediamannya paling buruk dan paling tidak pantas untuk disinggahi manusia semulia Rasulillah saw. Jangankan menawarkan rumah untuk singgah Rasulullah saw sebagaimana yang dilakukan para bangsawan Madinah, merasa layakpun ia tidak berani. Itulah gambaran ketawadhuan Abu Ayyub al-Anshari yang Justru dipilih oleh Allah swt sebagai tuan rumah atas hijrah Rasulul-Nya.

Begitulah Allah memuliakan orang yang tawadhu’ mengalahkan mereka yang sombong. Allah perintahkan Jibril menghentikan onta Rasulullah pas di depan rumah Abu Ayyub al-Anshari. Karena Rasulullah saw sebagai pribadi yang sangat merendahkan diri, hanya cocok dengan sahabat yang memiliki pribadi tawadhu pula.

“Bapak, Ibu Dewan Guru yang kami banggakan, semoga nilai-nilai tersebut terpatri dalam diri kita, dan kita mampu melaksanakan ibrah-ibrah dalam kisah tersebut” Ungkap H. Kasimun, S.Ag, MM di akhir cerita. (Azzam)
Related Posts
Lebih baru Terlama

Related Posts

Posting Komentar